Rabu, 26 Maret 2014

Cegah Kanker serviks Sedini Mungkin

Mungkin banyak orang berpikir menulis tentang “kanker serviks” merupakan hal yang sudah biasa karena sudah banyak yang membicarakan hal tersebut baik itu dalam bentuk seminar ataupun penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan yang peduli tentang kanker serviks. Bagi saya mendengar diagnosa penyakit “kanker serviks” merupakan hal yang sangat menakutkan dan paling mengerikan. Oleh karena itu penulis ingin mensharing kembali tentang kanker serviks.


Kanker Serviks sudah menjadi fenomena baru yang menakutkan bagi para wanita karena merupakan "silent killer" pembunuh no 1 wanita di dunia, dan Indonesia menduduki peringkat pertama penderita terbanyak di dunia. Data Yayasan Kanker Indonesia (YKI) menyebutkan bahwa setiap 1 jam, 1 wanita meninggal dunia dan 42 wanita terinfeksi Virus HPV setiap hari.
Kanker serviks atau kanker leher rahim (sering juga disebutkanker mulut rahim) merupakan kanker yang menyerang kaum wanita dan jumlah penderitanya meningkat beberapa tahun belakangan. Dari seluruh penderita kanker di Indonesia, sepertiganya adalah penderita kanker serviks. Kanker ini memang merupakan pembunuh wanita yang menakutkan.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), infeksi ini merupakan faktor risiko utama kanker leher rahim. Setiap tahun, ratusan ribu kasus HPV terdiagnosis di dunia dan ribuan wanita meninggal karena kanker serviks, yang disebabkan oleh infeksi itu. Mengingat fakta yang mengerikan ini, maka berbagai tindakan pencegahan dan pengobatan telah dibuat untuk mengatasi kanker serviks atau kanker leher rahim.
 
apa itu kanker serviks...????


Kanker serviks atau kanker leher rahim (sering juga disebut kanker mulut rahim) merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi bagi kaum wanita. Kanker serviks merupakan kanker ganas yang terbentuk dalam jaringan serviks (organ yang menghubungkan vagina dan uterus).



Penyebab kanker serviks
Kanker serviks menyerang daerah mulut rahim disebabkan infeksi virus HPV (human papillomavirus) atau virus papiloma manusia. Dimana virus HPV menimbulkan kutil pada pria maupun wanita, termasuk kutil pada kelamin. Hanya beberapa saja dari ratusan varian HPV yang dapat menyebabkan kanker. Penyebab banyak kematian pada kaum wanita adalah virus HPV tipe 16 dan 18. Ada beberapa faktor lain penyebab kanker serviks 

  • Umur. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual. Ada beberapa penelitian menunjukan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual maka semakin besar kemungkinan terkena kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun juga masih terlalu muda
  •  Jumlah kehamilan dan partus. Kanker sevik dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar resiko mendapat kanker servik.
  • Infeksi virus. Infeksi virus herpes simplex dan virus papiloma
  •  Asupan gizi. Kurangnya asupan vitamin c dan vitamin E serta asupan asam folat
  • Sirkumsisi. Di duga ada pengaruh terjadinya kanker serviks pada wanita yang pasangannya yang belum di srkumsisi, hal ini karna pada pria yang tidak nonsirkumsisi penis tidak terawat sehingga  banyak kumpulan-kumpulan sperma
  • Penggunaan pil KB dalam jangka waktu yang lama

 Apa saja gejala-gejalanya…
·         Saat berhubungan intim selaku merasakan sakit, bahkan sering diikuti pleh adanya perdarahan.
·          kepuitihan yang tidak normal disertai dengan perdarahan dan jumlahnya berlebih
·          Sering merasakan sakit pada daerah pinggul
·         Mengalami sakit saat buang air kecil
·         Pada saat menstruasi, darah yang keluar dalam jumlah banyak dan berlebih

Deteksi Kanker Serviks
Gejala seseorang terinfeksi HPV memang tidak terlihat dan tidak mudah diamati.
Ada beberapa metode lain untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV dan kanker serviks seperti berikut:

  • ·         IVA
IVA yaitu singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat. Metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks. Anda dapat melakukan di Puskesmas dengan harga relatif murah. Ini dapat dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan.

  • ·         Pap smear
Metode tes Pap smear yang umum yaitu dokter menggunakan pengerik atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-selserviks atau leher rahim. Kemudian sel-sel tersebut akan dianalisa di laboratorium. Tes itu dapat menyingkapkan apakah ada infeksi, radang, atau sel-sel abnormal. Menurut laporan sedunia, dengan secara teratur melakukan tes Pap smear telah mengurangi jumlah kematian akibat kanker serviks.

  • ·         Thin prep
Metode Thin prep lebih akurat dibanding Pap smear. Jika Pap smear hanya mengambil sebagian dari sel-sel di serviks atau leher rahim, maka Thin prep akan memeriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim. Tentu hasilnya akan jauh lebih akurat dan tepat.

  • ·         Kolposkopi
Jika semua hasil tes pada metode sebelumnya menunjukkan adanya infeksi atau kejanggalan, prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat yang dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi. Tujuannya untuk menentukan apakah ada lesi atau jaringan yang tidak normal pada serviks atau leher rahim. Jika ada yang tidak normal, biopsi — pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh — dilakukan dan pengobatan untuk kanker serviks segera dimulai.

Cara Mengobati Kanker Serviks
Jika terinfeksi HPV, jangan cemas, karena saat ini tersedia berbagai cara pengobatan yang dapat mengendalikan infeksi HPV. Beberapa pengobatan bertujuan mematikan sel-sel yang mengandung virus HPV. Cara lainnya adalah dengan menyingkirkan bagian yang rusak atau terinfeksi dengan pembedahan listrik, pembedahan laser, atau cryosurgery (membuang jaringan abnormal dengan pembekuan).
Jika kanker serviks sudah sampai ke stadium lanjut, maka akan dilakukan terapi kemoterapi. Pada beberapa kasus yang parah mungkin juga dilakukan histerektomi yaitu operasi pengangkatan rahim atau kandungan secara total. Tujuannya untuk membuang sel-sel kanker serviks yang sudah berkembang pada tubuh.

Pencegahan Dini Kanker Serviks
Meski kanker serviks menakutkan, namun kita semua bisa mencegahnya. Anda dapat melakukan banyak tindakan pencegahan sebelum terinfeksi HPV dan akhirnya menderita kanker serviks. Beberapa cara praktis yang dapat Anda lakukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain:

  • ·         Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai karotena, vitamin A, C, dan E, dan asam folat dapat mengurangi risiko terkena kanker leher rahim.
  • ·         Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks.
  • ·         Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
  • ·         Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.
  • ·         Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
  • ·         Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear bahkan sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.
  • ·         Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari Pap smear. Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
  • ·         Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.
  • ·         Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet. Ini dapat dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli. Tujuannya untuk membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan penyakit.



Sabtu, 24 November 2012

CENTRAL VENOUS PRESSURE


Pada zaman era globalisasi ini teknologi semakin maju terutama dibidang kesehatan. Dengan adanya kemajuan teknologi ini maka diperlukan sumber daya manusia yang bermutu. Perawat yang merupakan salah satu sumber daya manusia dibidang kesehatan dituntut untuk selalu meningkatkan pengetahuannya baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan informal seperti mengikuti pelatihan kursus keperawatan, seminar atau yang lainnya sesuai dengan bidangnya.
Cairan merupakan bagian terbesar dalam bagian tubuh, yang salah satu perannya adalah untuk membantu metabolisme tubuh. Agar metabolism tubuh dapat berjalan baik dibutuhkan input cairan setiap hari untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang. Hilangnya cairan pada individu dapat disebabkan karena beberapa hal termasuk keadaan patologis pada individu (gagal ginjal, ARF, gagal jantung, shock,dll), perbedaan suhu yang ekstrim, serta perdarahan. Hal ini dapat menyebabkan seseorang mengalami dehidrasi.
Pengukuran keseimbangan cairan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya pengukuran melalui vena sentral dengan menggunakan manometer. Pengukuran tekanan vena sentral (CVP) dilakukan untuk mengukur tekanan darah di vena kava. Pengukuran ini memberikan informasi tentang tiga parameter yang meliputi; volume darah, keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus vaskular. Adanya pengukuran ini, paramedis dapat mengetahui keseimbangan cairan pada klien yang sedang dalam keadaan patologis untuk mengantisipasi terjadinya shock hipovolemik.

CENTRAL VENOUS PRESSURE (CVP)
A.    Pengertian
·         Tekanan vena central (central venous pressure) adalah tekanan darah di vena kava. Ini memberikan informasi tentang tiga parameter volume darah, keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus vaskular. Tekanan vena central dibedakan dari tekanan vena perifer, yang dapat merefleksikan hanya tekanan lokal.
            Pengukuran CVP / RJP (Right Arterial Pressure) dengan menggunakan manometer
Darah dari vena sistemik masuk ke atrium kanan sehingga pengukuran tekanan pada atrium kanan dapat dilakukan. CVP ditentukan oleh fungsi dari sebelah kanan jantung dan tekanan darah vena di vena cava. Dalam situasi normal, peningkatan venous return menyebabkan peningkatan cardiac output tanpa perubahan tekanan vena. Namun bila fungsi ventrikular kanan berkurang atau pada sirkulasi pulmunol yang terobstruksi, tekanan atrium kanan akan meningkat. Kehilangan volume darah ataupun dilatasi menyeluruh juga menyebabkan berkurangnya venus return dan tekanan atrium kanan turun.
Nilai normal CVP 5 – 10 cm H2O, dan pada orang yang menggunakan ventilator naik 3 – 5 cm H2O.

B.     Tujuan
Untuk mengkaji status cairan intravaskuler pasien

C.    Indikasi
·         Pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium.
·         Pengukuran oksigenasi vena sentral.
·         Nutrisi parenteral dan pemberian cairan hipertonik atau cairan yang mengiritasi yang perlu pengenceran segera dalam sistem sirkulasi.
·         Sebagai jalan masuk vena bila semua tempat IV lainnya telah lemah.
·         Pasien dengan trauma berat disertai dengan perdarahan yang banyak yang dapat menimbulkan syok.
·         Pasien dengan tindakan pembedahan yang besar seperti open heart, trepanasi.
·         Pasien dengan kelainan ginjal (ARF, oliguria).
·         Pasien dengan gagal jantung.
·         Pasien yang diberikan tranfusi darah dalam jumlah yang besar (transfusi masif).
·         Monitor status volume cairan dan fungsi ventrikel
·         Acuan untuk pemberian cairan, diuretic dan obat – obat vasoaktif jika alat monitor invasif lain tidak ada.
·         Pemberian obat yang cenderung menyebabkan phlebitis dalam vena perifer (caustic), seperti: calcium chloride, chemotherapy ,hypertonic saline, potassium chloride, amiodarone


D.    Kapan CVP harus diukur
1.      Klien hipotensi yang tidak berespon terhadap manajemen klinis dasar
2.      Hipovolemi berkelanjutan sekunder akibat pergeseran cairan atau kehilangan cairan
3.      Pasien yang membutuhkan infus inotropik

E.     Kontraindikasi dan kewaspadaan
1.      Peningkatan CVP menunjukkan peningkatan cardiac output, infark / gagal vntrikel kanan, meningkatnya volume vaskular, perikarditis, konstriktif dan hipertensi pulmonal. Hasil pengukuran CVP, menunjukkan peningkatan false (salah) jika pada kondisi COPD, tension pneumothoraks, ventilasi tekanan positif.
2.      Dislokasi ujung kateter jalur vena cava superior mengakibatkan hasil tidak akurat.
3.      Penurunan CVP dapat terjadi akibat hipovolemia, vasodilatasi akibat obat dan syok dari berbagai penyebab.

F.     Faktorfaktor yang mempengaruhi pengukuran tekanan vena sentral :
·         Volume darah vena sentral
o   Venous return/cardiac output
o   Volume darah total
o   Tonus vaskuler regional
·         Pemenuhan kompartemen sentral
o   Tonus vaskuler
o   Pemenuhan ventrikel kanan
·         Penyakit myokard
·         Penyakit perikard
·         Tamponade
·         Penyakit katup tricuspid
o   Stenosis
o   Regurgitasi
·         Ritme jantung
o   Ritme junctional
o   Fibrilasi atrium
o   Disosiasi atrioventrikular
·         Level transducer
o   Posisi pasien
·         Tekanan intrathorakal
o   Respirasi
o   Intermittent positivepresure ventilation
o   Positive endexpiratory pressure
o   Tension pneumothorax

G.    Lokasi pemantauan
·         Vena Jugularis interna kanan atau kiri (lebih umum pada kanan)
·         Vena subklavia kanan atau kiri, tetapi duktus toraks rendah pada kanan
Vena brakialis, yang mungkin tertekuk dan berkembang menjadi phlebitis
Lumen proksimal kateter arteri pulmonalis, di atrium kanan atau tepat di atas vena kava superior
H.    Komplikasi
·         Pneumothoraks
·         Emboli udara
·         Kelebihan cairan
·         Sepsis
·         Infeksi local atau sistemik (mis. endokarditis)
·         Emboli pumuner
·         Disritmia
·          Erosi vena cava superior yang mengakibatkan hemothoraks dan tamponade jantung
·         Sumbatan pada kateter akibat stopcock yang tidak tepat menyebabkan pemberian cairan infus melambat
·         Perdarahan karena selang terlepas dari kateter vena central ----Lapor Segera


I.       Prosedur
1.      Pengkajian
Yang perlu dikaji pada pasien yang terpasang CVP adalah tanda-tanda komplikasi yang ditimbulkan oleh pemasangan alat.
·         Kaji akan kebutuhan pemasangan CVP dan pengukuran CVP
·         Keluhan nyeri, napas sesak, rasa tidak nyaman.
·         Keluhan verbal adanya kelelahan atau kelemahan.
·         Frekuensi napas, suara napas
·         Tanda – tanda  kemerahan / pus pada lokasi pemasangan.
·         Adanya gumpalan darah / gelembung udara pada cateter.
·         Kesesuaian posisi jalur infus set.
·         Tanda-tanda vital
2.      Perencanaan
a)      Persiapan alat
·         Sarung tangan disposable
·         Piala ginjal
·         Perlak atau alas
·         CVP manometer air
·         Cairan dan selang IV
·         Alat tulis
b)      Persiapan pasien
o   Menjaga privacy klien
o   Jelaskan dan informasikan prosedur yang akan dilakukan
c)      Pelaksanaan
o   Perawat mencuci tangan
o   Memakai sarung tangan disposable
o   Dekatkan alat yang digunakan
o   Posisi pasien supine (telentang) dengan kepala tempat tidur rata / ditinggikan 30˚
o   Tandai lokasi sudut phlebostatic (axis mid – axillaris dengan ICS 4 ------ titik 0) untuk membaca hasil pengukuran. Lokasi ini sejajar dengan atrium kanan. Pengukuran harus dilakukan pada posisi yang sama, kalau perlu tandai permukaan kulit
o   Stopcock OFF ke manometer. Isi selang dengan cairan infus
o   Sambungkan selang manometer ke jalur vena sentral lalu dialirkan untuk cek kepatenan
o   Letakkan manometer air sejajar titik 0, yaitu ICS 4 linea midaxilaris
o   Stopcock OFF ke arah pasien. Isi manometer dengan cairan infus sampai dengan 25 cm. Hati – hati jangan sampai berlebihan karena akan mengkontaminasi manometer.
o   Stopcock OFF ke infus sehingga cairan akan turun fluktuasi sesuai dengan  pernapasan
o   Ukur CVP saat cairan berhenti (stabil). Perhatikan cara melihat ukuran sejajar mata saat akhir ekspirasi.
o   Stopcock OFF ke manometer untuk mencegah aliran cairan manometer ke pasien. Alirkan infus kembali ke jalur vena sentral
o   Catat hasil dan posisi pasien
d)     Evaluasi
o   Lihat kembali posisi vena central, sumbatan ataupun perdarahan
o   Laporkan adanya hasil ukuran CVP yang tidak normal
e)      Dokumentasi
o   Catat waktu dilakukan pengukuran CVP
o   Catat hasil pengukuran CVP

J.      Peranan Perawat
1.      Sebelum Pemasangan
·         Mempersiapkan alat untuk penusukan dan alat-alat untuk pemantauan
·         Mempersiapkan pasien; memberikan penjelasan, tujuan pemantauan, dan mengatur posisi sesuai dengan daerah pemasangan
2.      Saat Pemasangan
·         Memelihara alat-alat selalu steril
·         Memantau tanda dan gejala komplikasi yang dapat terjadi pada saat pemasangan seperti gangguan irama jantung, perdarahan
·         Membuat klien merasa nyaman dan aman selama prosedur dilakukan
3.      Setelah Pemasangan
·         Mendapatkan nilai yang akurat dengan cara:
1)      melakukan Zero Balance: menentukan titik nol/letak atrium, yaitu pertemuan antara garis ICS IV dengan midaksila,
2)      Zero balance: dilakukan pd setiap pergantian dinas , atau gelombang tidak sesuai dg kondisi klien
3)      melakukan kalibrasi untuk mengetahui fungsi monitor/transduser, setiap shift.
·         Mengkorelasikan nilai yg terlihat pada monitor dengan keadaan klinis klien.
·         Mencatat nilai tekanan dan kecenderungan perubahan hemodinamik.
·         Memantau perubahan hemodinamik setelah pemberian obat-obatan.
·         Mencegah terjadi komplikasi & mengetahui gejala & tanda komplikasi (spt. Emboli udara, balon pecah, aritmia, kelebihan cairan,hematom, infeksi,penumotorak, rupture arteri pulmonalis, & infark pulmonal).
·         Memberikan rasa nyaman dan aman pada klien.
·         Memastikan letak alat2 yang terpasang pada posisi yang tepat dan cara memantau gelombang tekanan pada monitor dan melakukan pemeriksaan foto toraks (CVP, Swan gans).


Dafpus : Mancini E. Mary. 2002.  Prosedur Keperawatan Darurat. Jakarta : EGC